BAB 3
TEORI ORGANISAI UMUM 2
1.
Jenis
– jenis pasar:
A.Pasar
persaingan sempurna
Pengertian pasar persaingan sempurna adalah suatu bentuk interaksi antara
permintaan dengan penawaran di mana jumlah pembeli dan penjual sedemikian rupa
banyaknya/ tidak terbatas ,ada pun pasar persaingan sempurna memiliki
cirri-ciri
Ciri-ciri pasar sempurna:
1. Jumlah penjual dan pembeli yang
banyak
2. Produk yang di perdagangkan sama atau bisa di bilang
homogen.
3. Pemerintah tidak ikut campur tangan dalam proses
pembentukan harga.
Jenis-jenis pasar sempurna:
1. Jumlah penjual dan pembeli banyak
2. Barang yang di jual sama/homogen
3. Harga di tentukan mekanisme pasar
permintaan dan penawaran
4. Posisi tawar konsumen kuat
5. Sensitif pada perubahan harga
6. Sulit mendapatkan keuntungan lebih /
diatas rata-rata.
B.PASAR
MONOPOLI
Pasar monopoli adalah suatu bentuk interaksi antara
permintaan dan penawaran di mana hanya ada satu penjual/produsen yang
berhadapan dengan banyak pembeli atau konsumen.
Pasar monopoli memiliki ciri-ciri:
1. hanya ada satu produsen yang
menguasai penawaran
2. tidak ada barang
substitusi/pengganti yang mirip
3. produsen memiliki kekuatan menentukan harga
4. tidak ada
pengusaha lain yang bisa memasuki pasar tersebut karena ada hambatan berupa
keunggulan perusahaan
Sebab-sebab terjadi nya pasar
monopoli:
1.
penguasaan bahan mentah,
2.
penguasaan teknik produksi tertentu,
3.
pemberian hak istimewa dari
pemerintah (misalnya hak paten),
4.
adanya lisensi (pemberian izin
kepada perusahaan tertentu yang ditunjuk),
5.
adanya monopoli yang diperoleh
secara alamiah,
6.
memiliki modal yang besar (karena
penggabungan perusahaan),
7.
memiliki prestasi dan keahlian yang
tidak dimiliki orang lain,
Kebaikan
pasar monopoli:
1.
Industri-industri yang berkembang
banyak yang bersifat monopoli.
2.
Mendorong untuk adanya inovasi baru
agar tetap terjaga monopolinya.
3.
Tidak akan mungkin timbul
perusahaan-perusahaan yang kecil sehingga perusahaan monopoli akan semakin
besar.
Kelemahan
pasar monopoli:
1.
Tidak efisiensinya biaya produksi,
karena perusahaan monopoli tidak memanfaatkan secara
penuh penghematan ongkos produksi atau sering disebut timbulnya
pemborosan.
2.
Konsumen merasa berat karena harus
membeli barang dengan harga sangat tinggi oleh
perusahaan monopoli.
3.
Timbul ketidakadilan karena
keuntungan banyak dinikmati oleh produsen.
4.
Untuk
mencegah timbulnya dampak negatif adanya monopoli, maka pemerintah harus ikut
campur tangan
C.PASAR MONOPOLISTIK
Pasar monopolistik adalah suatu
bentuk interaksi antara permintaan dengan penawaran di mana terdapat sejumlah
besar penjual yang menawarkan barang yang sama. Pasar monopolistik merupakan
pasar yang memiliki sifat monopoli pada spesifikasi barangnya. Sedangkan unsur
persaingan pada banyak penjual yang menjual produk yang sejenis.
Cirri –ciri dari pasar monopolistik:
1. Terdapat banyak penjual/produsen yang berkecimpung di
pasar.
2. Barang yang diperjual-belikan merupakan
differentiated product.
3. Para penjual memiliki kekuatan monopoli atas
barang produknya sendiri.
4. Untuk memenangkan persaingan setiap
penjual aktif melakukan promosi/iklan.
5. Keluar masuk pasar barang/produk
relatif lebih mudah.
Kebaikan
pasar monopolistik antara lain sebagai berikut.
1.
Konsumen memiliki banyak pilihan
barang.
2.
Produsen dapat menentukan harga
sendiri-sendiri dalam satu pasar karena tidak ada
persaingan.
3.
Masing-masing monopolistik mempunyai
keuntungan sendiri-sendiri karena memiliki pasar
(konsumen) sendirisendiri.
Sementara
itu, kelemahannya antara lain sebagai berikut.
1.
Tidak efisiennya produksi karena
produsen tidak berproduksi dengan biaya rata-rata (AC)
yang minimum.
2.
Terlalu banyak perusahaan kecil.
3.
Konsumen masih harus membayar harga
produk yang lebih tinggi dari biaya produksi untuk
menghasilkan produk tersebut.
D.PASAR OLIGOPOLI
Pasar oligopoli adalah suatu bentuk
interaksi permintaan dan penawaran, di mana terdapat beberapa penjual/produsen
yang menguasai seluruh permintaan pasar.
Oligopoli memiliki cirri-ciri:
1.
Terdapat beberapa penjual/produsen
yang menguasai pasar.
2.
Barang yang diperjual-belikan dapat
homogen dan dapat pula berbeda corak
3.
Terdapat hambatan masuk yang cukup kuat bagi
perusahaan di luar pasar untuk
masuk ke dalam pasar
Kebaikan pasar oligopoli antara lain sebagai berikut.
1.
Industri-industri oligopoly bisa
mengadakan inovasi dan penerapan teknologi baru yang paling
pesat,
2.
Terdorong untuk berlomba penemuan
proses produksi baru dan penurunan ongkos produksi,
3.
Lebih mampu menyediakan dana untuk pengembangan dan
penelitian.
Kelemahannya antara lain sebagai berikut.
1.
Kemungkinan adanya keuntungan yang
terlalu besar (excess profit) yang dinikmati produsen.
2.
Tidak efisiensi produksi karena
setiap produsen tidak beroperasi pada biaya rata-rata yang
minimum.
3.
Kemungkinan adanya eksploitasi konsumen
maupun buruh.
4.
Terdapat kenaikan harga (inflasi)
yang merugikan masyarakat secara makro.
2.
Pengertian dan kosnsep – konsep
pendapatan nasional:
A.Pertumbuhan
Ekonomi
Pengeluaran
Agregat (Aggregate Spending)
Seperti
diterangkan diatas bahwa GDP dapat dihitung dari sisi pengeluaran aggregate
(Aggregate Spending) pelaku ekonomi dalam suatu negara. Pengeluaran aggreaget
ini sama dengan Permintaan Agregat karena konsekuensi dari permintaan adalah
adanya pengeluaran oleh rumah tangga, investor, pemerintah dan eksportir untuk
membeli barang dan jasa. Pengeluaran Aggregate dapat dikelompokkan atas empat
komponen, yaitu:
a.
pengeluaran konsumsi rumah tangga,
b.
pengeluaran invesatasi oleh pengusaha (bisnis),
c.
pengeluaran pemerintah, dan
d.
permintaan luar negeri.
Berikut akan
diuraikan satu persatu dari komponen Agregat Demand atau Agregat Spending
tersebut.
- Pengeluaran Konsumsi
Merupakan
bagian terbesar dari permintaan agregat yaitu berupa permintaan dari konsumen
terhadap barang dan jasa yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Konsumsi
ini memegang peranan penting dalam perekonomian menurut teori Keynesian karena
akan menentukan output dan pendapatan masyarakat suatu negara. Kontribusi
konsumsi terhadap pembentukan GDP di Indonesia diperkirakan sebesar 65% dari
total GDP. Konsumsi dapat dibagi atas tiga kategori yaitu barang tanah lama
(durable goods) seperti mobil, barang tidak tahan lama (nondurable goods), dan
jasa (services). Dari sisi asal barang maka barang dan jasa yang dikonsumsi
oleh konsumen dalam negeri terdiri dari barang produksi dalam negeri dan barang
/jasa yang diproduksi oleh negara lain yang diimport ke Indonesia. Dalam
penghitungan GDP angka import ini harus dikeluarkan dari angka GDP.
- Pengelauran Investasi
Investasi
adalah tambahan terhadap akumulasi modal (physical stock of capital) ditambah
dengan perobahan persediaan (inventory changes). Tetapi transaksi saham tidak
termasuk dalam penambahan stok modal. Jadi investasi adalah aktifitas yang bisa
meningkatkan kemampuan ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa dimasa
mendatang. Contohnya adalah pembelian barang investasi, peralatan, dan
pembangunan rumah baru. Sewa dari tumah tersebut dihitung sebagai konsumsi.
- Permintaan Ekspor Bersih (Net Export)
Komponen
terakhir dari GDP adalah net export yaitu selisih antara export dan import (X –
M). Export merupakan GDP dari dalam negeri karena merupakan barang atau jasa
yang diproduksi di dalam negeri, tetapi tidak dikonsumsi di dalam negeri.
Barang ekspor akan dibeli atau dikonsumsi oleh rumah tangga, investor, atau
pemerintah negara asing sedangkan import adalah barang yang diproduksi di luar
negeri, berarti adalah GDP negara asing.
Dalam GDP
yang dihitung adalah net ekspor untuk menghindari penghitungan dua kali (double
counting). Barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga, investor, dan
pemerintah tidak semuanya diproduksi di dalam negeri tetapi beberapa barang
yang dibeli tersebut berasal dari luar negeri. Jadi komponen pengeluaran
aggeregate yang diuraikan diatas - pengeluaran rumah tangga, investor dan
pemerintah – sebagiannya adalah barang yang diproduksi di luar negeri, berarti
adalah GDP negara asing atau bukan merupakan GDP Indonesia. Karena itu untuk
mengkoreksinya maka ekspor harus dikurangi dengan impor agar barang import
tidak terhitung sebagai GDP kita, karena yang termasuk dalam GDP Indonesia
adalah konsumsi rumah tangga berupa barang-barang produksi dalam negeri,
ditambah dengan belanja barang investor, ditambah belanja barang pemerintah dan
ditambah dengan nilai barang yang diekspor ke luar negeri. Barang-barang import
yang telah dikonsumsi oleh konsumen dalam negeri tidak bisa dihitung sendiri
karena telah masuk dalam perhitugan jumlah konsumsi. Nilai barang import ini
tentu sama dengan jumlah nilai barang yang diimport yang tercatat di Bea dan
Cukai sehingga dengan mengeluarkannya dari angka export maka sama dengan
mengeluarkannya dari angka konsumsi barang import.
B. Metode Perhitungan
Pendapatan Nasional
Dalam menghitung pendapatan nasional,
diperlukan metode atau cara. Metode tersebut disesuaikan dengan objek yang akan
dihitung. Metode perhitungan pendapatan nasional dibagi menjadi tiga metode,
yaitu sebagai berikut :
1. Metode Produksi
Menurut metode produksi (production
approach), produk nasional atau Produk Domestik Bruto diperoleh dengan
menjumlahkan nilai pasar dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh
berbagai sektor di dalam perekonomian dalam periode tertentu. Dengan demikian,
PNB atau GDP menurut metode ini, jumlah dari harga setiap masing-masing barang
dan jasa dikalikan dengan jumlah atau kuantitas barang dan jasa yang
dihasilkan.
Pendapatan nasional menurut metode
produksi dapat dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan :
Y = Produk Nasional atau Produk Domestik
Bruto (PNB atau GDP)
P = Harga Barang dari unit ke-I hingga
unit ke-n
Q = Jumlah barang dari jenis ke-I hingga
jenis ke-n
PNB atau GDP diperoleh dengan
menjumlahkan nilai tambah (value added) yang dihasilkan oleh berbagai
sector perekonomian. Hal ini dilakukan untuk menghindari penilaian yang terlalu
tinggi atas output yang diproduksi dengan perhitungan ganda (double
accounting), baik barang jadi dan jasa jadi maupun barang setengah jadi dan
jasa yang masih harus diolah. Untuk itu hanya nilai tambah pada setiap tahap
proses produksi tersebut yang dimasukkan dalam perhitungan pendapatan nasional.
Dalam hal ini, GDP atau PNB merupakan penjumlahan dari nilai tambah sektor
pertanian ditambah nilai tambah di sektor manufaktur dan seterusnya. Jika
dirumuskan akan menjadi sebagai berikut :
Keterangan :
VA = Nilai tambah (Value Added)
sektor-sektor perekonomian (mulai dari sektor ke-I sampai sektor ke-n)
Pendapatan nasional menurut metode
produksi dapat dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh hasil produksi
masyarakat dari seluruh lapangan usaha di dalam satu tahun diukur dengan nilai
uang.
Komponen-komponen pembentuk pendapatan
nasional menurut metode produksi terdiri atas sebelas sektor, yaitu :
- Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan
- Pertambangan dan penggalian
- Industri dan pengolahan
- Listrik, gas, dan air minum
- Bangunan
- Perdagangan, hotel, restoran
- Pengangkutan dan telekomunikasi
- Bank dan Lembaga keuangan lainnya
- Pemerintahan dan Pertahanan
1. 2. Metode Pengeluaran
Menurut metode pengeluaran, pendapatan
nasional adalah penjumlahan seluruh pengeluaran yang dilakukan seluruh rumah
tangga ekonomi (RTP, RTK, RTG, dan Rumah Tangga Luar Negeri) di dalam suatu
negara selama periode tertentu, biasanya satu tahun.
Pendapatan nasional menurut metode
pengeluaran dapat dihitung dengan cara menjumlahkan pengeluaran yang dilakukan
seluruh rumah tangga ekonomi. Dengan demikian, komponen-komponen pendapatan
nasional menurut metode pengeluaran terdiri atas empat komponen, yaitu sebagai
berikut :
- Konsumsi (Consumption), yaitu pengeluaran yang dilakukan rumah tangga konsumen, yang ditulis dalam rumus dengan lambang C.
- Investasi (Investment), yaitu pengeluaran yang dilakukan rumah tangga produsen, yang ditulis dalam rumus dengan lambang I.
- Pengeluaran Pemerintah (Government Expenditure), yaitu pengeluaran yang dilakukan rumah tangga pemerintah, , yang ditulis dalam rumus dengan lambang G.
- Ekspor dan Impor (Export-Import), yaitu pengeluaran yang dilakukan rumah tangga Luar Negeri, yang ditulis dalam rumus dengan lambang X dan M.
Komponen pembentuk pendapatan nasional
tersebut menurut pendekatan pengeluaran dapat dicerminkan dalam rumus sebagai
berikut :
Y = C + I + G + (X – M)
Keterangan :
Y = Pendapatan Nasional
C = Pengeluaran konsumsi Rumah Tangga
Konsumen (RTK)
I = Pengeluaran Investasi Rumah Tangga
Produsen (RTP)
G = Pengeluaran pemerintah dari Rumah
Tangga Pemerintah (RTG)
X = Ekspor
M = Impor
1.3. Metode
Pendapatan/Penerimaan
Menurut metode pendapatan, pendapatan
nasional adalah hasil penjumlahan seluruh penerimaan yang diterima para pemilik
faktor produksi di dalam suatu negara selama periode tertentu (biasanya satu
tahun). Pendapatan nasional menurut metode penerimaan merupakan penjumlahan
dari sewa, upah, bunga modal, dan laba yang diterima masyarakat pemilik faktor
produksi selama satu tahun yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
Y = r + w + i + p
Dengan demikian, komponen-komponen
pembentuk pendapatan nasional menurut metode pendapatan/penerimaan terdiri atas
empat komponen, yaitu :
1. Sewa
(rent) yang diterima pemilik faktor produksi alam.
2. Upah (wages)
atau Gaji (Salary) yang diterima pemilik faktor produksi tenaga kerja
3. Bunga
modal (interest) yang diterima pemilik faktor produksi modal.
4. Laba
(profit) yang diterima pemilik faktor produksi kewirausahaan (entrepreneurship)
·
Manfaat Perhitungan Pendapatan Nasional
Jika diamati, perkembangan perekonomian
nasional selalu berubah. Perekonomian tersebut disebabkan adanya perubahan
pendapatan nasional. Oleh karena itu, pendapatan nasional yang meningkat
menunjukan adanya perkembangan perekonomian masyarakat suatu negara.
Dapat dikatakan bahwa mengetahui
kemajuan perekonomian masyarakat merupakan salah satu tujuan kalian mempelajari
pendapatan nasional. Tujuan-tujuan mempelajari pendapatan nasional yang lain,
yaitu :
- Untuk memperoleh taksiran akurat mengenai nilai barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat suatu negara dalam satu tahun.
- Untuk membantu membuat rencana dan melaksanakan program pembangunan berjangka untuk mencapai tujuan pembangunan.
- Untuk mengkaji dan mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat perekonomian suatu negara.
Selain itu, ada beberapa manfaat yang
akan kalian peroleh jika kalian mempelajari pendapatan nasional, antara lain :
- Mengetahui dan menganalisa struktur ekonomi suatu negara, dari perhitungan pendapatan nasional, kalian dapat mengetahui apakah suatu negara cenderung berstruktur ekonomi industri, agraris, atau jasa.
- Membandingkan keadaan perekonomian dari waktu-waktu karena pendapatan nasional dicatat setiap tahun. Kalian akan memiliki catatan angka-angka perkembangan ekonomi dari waktu ke waktu sehingga dapat membandingkan perkembangan ekonomi dari waktu ke waktu.
- Membandingkan perekonomian antardaerah, baik antarkabupaten maupun antarprovinsi.
- Menjadi dasar komparatif (perbandingan) dengan perekonomian negara lain.
- Membantu merumuskan kebijakan pemerintah, khususnya di bidang ekonomi.
·
Masalah dan Keterbatasan Perhitungan
Semua negara
di dunia menghitung PDB untuk kinerja perekonomiannya. Walaupun begitu , data
PDB perlu dilihat secara hati-hati karena ada beberapa hal yang tidak dapat
diakomodasikan sehingga tidak dapat menjadi satu-satunya indikator dalam
menentukan tingkat kesejahteraan suatu negara .
Masalah PDB
Permasalahan
PDB terletak pada pembandingan tingkat kemakmuran atau kesejahteraan suatu
negara dari tahun ke tahun , akan terjadi bias jika kita salah menggunakan
perhitungan PDB .
Keterbatasan
Perhitungan PDB
PDB tidak
memasukan memasukan transaksi yang terjadi pada “underground economy”
(perekonomian bawah tanah). Perekonomian seperti sektor informal atau sektor
illegal seperti penjualan narkoba , dan sektor lain yang sulit tercatat oleh
negara tidak masuk dalam perhitungan PDB . Ini menyebabkan nilai PDB cenderung
dapat undervalued (lebih rendah) dari yang seharusnya .
PDB tidak selalu mencerminkan ukuran kesejahteraan sosial suatu negara
PDB hanya mngukur berapa banyak output yang diproduksi di suatu negara dan bagaimana sturktur serta perkembangannya antarwaktu . Untuk mengukur kemakmuran suatu negara , PDB merupakan indikator yang cukup baik . Akan tetapi , kesejahteraan suatu negara lebih kompleks dari hanya sekedar pendapatan yang tinggi . Beberapa indikator untuk menunjukan tingkat kesejahteraan adalah tingkat pengangguran , tingkat kematian ibu dan bayi , angka harapan hidup , tingkat buta huruf , dan lain-lain perlu diperhatikan juga .
PDB tidak selalu mencerminkan ukuran kesejahteraan sosial suatu negara
PDB hanya mngukur berapa banyak output yang diproduksi di suatu negara dan bagaimana sturktur serta perkembangannya antarwaktu . Untuk mengukur kemakmuran suatu negara , PDB merupakan indikator yang cukup baik . Akan tetapi , kesejahteraan suatu negara lebih kompleks dari hanya sekedar pendapatan yang tinggi . Beberapa indikator untuk menunjukan tingkat kesejahteraan adalah tingkat pengangguran , tingkat kematian ibu dan bayi , angka harapan hidup , tingkat buta huruf , dan lain-lain perlu diperhatikan juga .
PDB tidak
mencerminkan pemerataan pendapatan. Nilai PDB suatu negara tidak dapat
menunjukan apakah pendapatan nasional tersebut terbagi secara merata diantara
penduduknya atau tidak . Bebarapa negara mengalami ketimpangan ekonomi yang
besar dengan sebagian kecil penduduk menikmati sebagian besar PDB . Beberapa
indikator lain perlu digunakan untuk melengkapi data PDB yang menunjukan
ketimpangan yang terjadi, salah satunya adalah Koefisien Gini.
C.Manfaat dan Keterbatasan
Perhitungan PDB
a. Perhitungan PDB dan Analisa Kemakmuran
Perhitungan
PDB akan memberikan gambaran ringkas tentang tingkat kemakmuran suatu negara,
dengan cara membaginya dengan jumlah penduduk (disebut PDB per kapita). Menurut
PBB, sebuah negara dikatakan miskin bila PDB per kapitanya lebih kecil daripada
US$ 450,00. Berdasarkan standar ini, maka sebagian besar negara-negara di dunia
adalah negara miskin. Suatu negara dikatakan makmur/kaya bila PDB perkapita
lebih besar daripada US$ 800.
Kelemahan dari
pendekatan di atas adalah tidak memperhatikan aspek distribusi pendapatan.
Akibatnya angka PDB per kapita kurang memberikan gambaran rinci tentang kondisi
kemakmuran suatu negara.Walaupun distribusi pendapatan di USA relatif baik,
tetapi belum sempurna untuk membuat seluruh penduduknya menjadi makmur. Bahkan
untuk faktor produksi non tenaga kerja, terutama uang dan modal, distribusi
penguasaannya sangat buruk. Pada tahun 1996, sekitar 46% aset finansial
dikuasai hanya oleh sekitar 1% penduduk.
b. Perhitungan PDB dan Masalah Kesejahteraan Sosial
Masalah
mendasar dalam perhitungan PDB adalah tidak diperhatikannya dimensi
nonmaterial. Sebab PDB hanya menghitung output yang dianggap memenuhi kebutuhan
fisik/ materi yang dapat diukur dengan nilai uang. Sedangkan output yang tidak
terukur dengan uang, misalnya ketenangan batin yang diperoleh dengan
menyandarkan hidup pada norma-norma agama/spiritual tidak dihitung. Sebab,
dalam kenyataannya kebahagiaan tidak hanya ditentukan oleh tingkat kemakmuran,
tetapi juga ketenangan batin.
Jadi kita
tidak bisa serta merta mengatakan bahwa kesejahteraan sosial di negara-negara
kaya(Amerika Serikat dan Jepang) adalah jauh lebih baik dibanding di
negara-negara miskin (misal Bhutan dan Nepal). Karena, tingkat kejahatan dan
tingkat bunuh diri di negara-negara kaya tersebut lebih tinggi di banding
negara-negara miskin.
c. PDB Per Kapita dan Masalah Produktivitas
Untuk
memperoleh perbandingan produktivitas antar negara, ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan :
1) Jumlah dan komposisi penduduk :
Bila jumlah penduduk makin besar, komposisi-nya sebagian besar adalah penduduk usia
kerja (15-64 tahun) dan berpendidikan tinggi (> SLA), maka
tingkat output dan produktivitasnya dapat makin baik.
2) Jumlah dan struktur kesempatan kerja :
Jumlah
kesempatan kerja yang makin besar memperbanyak penduduk usia kerja yang dapat
terlibat dalam proses produksi. Tetapi komposisi kerja pun mempengaruhi tingkat
produktivitas. Sekalipun kesempatan kerja sangat besar, tetapi semuanya adalah
kesempatan kerja sektor pertanian, produktivitas pekerja juga tidak tinggi.
Sebab sektor pertanian umumnya memiliki nilai tambah yang rendah. Jika
kesempatan kerja yang dominan berasal dari sektor kegiatan ekonomi modern
(industri dan jasa), maka output per pekerja akan relatif tinggi, karena nilai
tambah kedua sektor tersebut amat tinggi.
3) Faktor-faktor nonekonomi :
Yang
tercakup dalam faktor-faktor nonekonomi antara lain etika kerja, tata nilai,
faktor kebudayaan dan sejarah perkembangan. Jepang pantas menjadi negara yang
produktif sebab selain jumlah penduduk yang banyak, berpendidikan tinggi dan umumnya
bekerja di sektor modern, mereka juga memiliki etika kerja yang baik, menjujung
tinggi kejujuran dan penghargaan tergadap senior. Dan Jepang juga merupakan
negara yang selama kurang lebih 3.000 tahun terus menerus membangun dirinya
menjadi bangsa modern, walaupun pembangunan ekonomi modernnya baru dimulai dua
abad yang lalu.
d. Penghitungan PDB dan Kegiatan-kegiatan Ekonomi Tak Tercatat (Underground
Economi)
Angka
statistik PDB Indonesia yang dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik hanya
mencatat kegiatan-kegiatan ekonomi formal. Karena itu, statistik PDB belum
mencerminkan seluruh aktivitas perekonomian suatu negara. Misalnya, upah
pembantu rumah tangga di Indonesia tidak tercatat. Begitu juga dengan kegiatan
petani buah yang langsung menjual produknya ke pasar.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar